Bangku Kosong

Selasa, 28 Oktober 2008

“Kita hidup dengan cinta, namun cinta saja tak cukup untuk hidup”


Belum pulih benar kesadaranku dari berita pernikahan dua orang terdekatku di bulan Oktober ini. Betapa tidak, keputusan menikah (akad nikah dan walimahan) diambil cuma dalam waktu sebulan setelah saling berkenalan (istilah kerennya ta’aruf). Logikaku seakan tumpul karena terus-menerus me-reload pertanyaan “Mengapa? Kok bisa? Apa jadinya nanti?” Seakan legenda Roro Jonggrang terulang, mendirikan candi dalam semalam. Persiapan resepsi nikah waktunya sempit apalagi mengumpulkan saudara-saudara jauh. Belum lagi calon mempelai yang bekerja aja penghasilannya pas-pasan, paling-paling ntar tinggal di pondok mertua indah (maaf). Benar-benar ga bisa ku pahami. Menikah, bagi mereka sepertinya keputusan yang mudah.

Kini, dihebohkan lagi dengan berita seorang Syekh pengasuh sebuah pondok pesantren di Semarang menikah kedua kalinya dengan gadis belia berumur 12 th. Uniknya, yang menyeleksi calon istri mudanya (muda dalam arti sebenar-benarnya) adalah istri pertamanya. Dan kabarnya pula, sang ayah ikhlas dan berbangga karena anaknya terpilih menjadi ‘selir’ sang Syekh dari proses seleksi yang ketat (hi hi hi… seperti ajang pencari bakat yang ramai di Indonesia saat ini). Pikiran pertama setelah pandangan pertamaku melihat istri mudanya: Wah… ni orang beruntung dapat bibit unggul, bisa untuk memperbaiki keturunan. Usut punya usut, katanya mau didik untuk mengurusi usahanya yang kini telah beromzet miliaran Rp.

Namun, ada juga teman (pi.) yang telah berumur 30+ namun belum menikah juga (masyarakat seringkali men-judge perempuan pada usia tsbt atau lebih sebagai perawan tua, padahal belum tentu masih perawan…*&%#@!). Bukan karena ga laku menurutku, karena paras cukup menawan dan penghasilan lumayan. Mungkin karena terlalu pilih-pilih. Kata bulekku (alm.), dalam hal jodoh, “wong lanang iku menang milih, nanging yen wong wadon iku menang nolak”. Karena itu pria sering pilih-pilih wanita dan harus bertarung merebutkannya karena banyak pesaingnya. Dan karena wanita menang nolak, maka banyak pria yang menjadi fans berat MU sampe mau gantung diri di bawah pohon kacang (bukan Manchester United yang notabene klub liga Inggirs terkenal, tapi kepanjangan dari Merana United, kumpulan orang-orang patah hati jaman SMA-ku dulu).

Setelah beberapa kali termenung, ku berusaha memahami bahwa mati, jodoh, dan rizki adalah mutlak di tangan Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Betapapun manusia, berencana dengan logikanya, berusaha dengan tenaganya, dan berdoa dengan hatinya, namun hasil final, Tuhan yang menentukan sebagaimana telah tertulis di lauful mahfudz. Sungguh, sebuah hal yang terkadang masih sulit untuk dipahami dan diyakini. Mungkin karena itulah, “bangku merah”-ku (dan juga sebagian dari anda) masih kosong, belum kita duduki secara formal dan syah menurut agama dan negara. Semoga skenario indah Tuhan kan tertulis untuk kita.

 **####**

Seandainya kamu telah menemukan someone special  yang mampu menggetarkan hatimu, sedangkan kamu sendiri hidup aja masih susah, apalagi untuk menghidupi orang lain.

  1. Apakah demi sang pujaan hati, kamu berjuang mati-matian merebut hatinya dan mempertahankannya segenap hati? Ibarat pepatah: Lautan kan diseberangi, gunung kan didaki, dukun kan dikunjungi, dan kuburanpun kan digali. Ra entuk prawane, tak enteni jandane. Ataukah cukup memperjuangkannya sewajarnya, ra entuk deweke yo ra patekèn. Kalau jodoh tak lari kemana.
  2. Beranikah kamu membuat keputusan menikah dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan tetap memberi rizki-Nya sesuai keadaan kita dari jalan yang tidak disangka-sangka? Tetap optimis seperti cicak yang tak bisa terbang, namun dapat tetap hidup (memperoleh rizki) meskipun mangsa/makanannya memiliki sayap dan gesit (nyamuk). Dengan modal nekad (cinta) mengalahkan logika bahwa hidup sendiri masih susah dan berantakan apalagi hidup dengan orang lain (khusus bagi pria yang menjadi tulang punggung rumah tangga).

 

Diposting oleh alhayat di 10/28/2008  

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger Login Form

Please enter your username and password to enter your Blogger Dasboard page!